1.
Proses
Pengolahan Air Limbah Industri dengan Teknologi Ozon
Persoalan mengenai limbah cair industri ini
memang sangat mengkhawatirkan. Namun, tak perlu terus-menerus khawatir mengenai
hal ini karena baru-baru ini Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), telah
berhasil menciptakan sebuah alat pengolah limbah cair yang memanfaatkan cara
oksidasi dengan menggunakan gas ozon yang dikombinasikan dengan sinar
ultraviolet. Teknologi ini kemudian dikenal dengan nama “Advanced Oxidation
Process (AOP)”.
Teknologi yang berdasar pada kombinasi ozon
dan ultraviolet ini memiliki kelebihan, seperti area instalasi pengolahan yang
tidak membutuhkan tempat yang luas, proses pengolahan yang relative cepat,
tidak adanya pemakaian bahan kimia, tingginya nilai efektivitas dan efisiensi
dalam proses penguraian berbagai senyawa organik dan sedikitnya limbah lumpur (sludge) yang
dihasilkan. Secara garis besar alat ini terbagi dalam tiga subsistem, yaitu
sistem oksidasi, sistem koagulasi-sedimentasi, dan sistem filtrasi.
Pada sistem oksidasi penghasil ozon (ozon generator) dipertemukan dengan
sinar ultraviolet di dalam sebuah tangki kontak. Sistem ini dibangun untuk
mengoksidasi semua kandungan senyawa organik, warna, dan bau yang terkandung
dalam limbah cair. Setelah itu limbah dimasukkan dalam proses koagulasi dan
sedimentasi. Pada proses ini kandungan senyawa organik dan anorganik yang tidak
terproses pada tahap oksidasi diproses ulang pada tahap ini. Tangki ini juga
dilengkapi dengan sebuah tabung kecil pemasok koagulan, atau bahan pembersih
air seperti tawas.
Kemudian setelah melewati tahapan koagulasi/sedimentasi aliran air memasuki
tahapan filterisasi. Di mana aliran air masuk ke saringan tangki filter. Hal
ini dimaksudkan untuk menyaring polutan mikro seperti logam berat dan senyawa
organik lain yang terbentuk selama proses oksidasi atau yang tidak sempat
terproses dalam tangki oksidasi. Pada tahapan ini juga terjadi proses adsorpsi,
yaitu proses penyerapan zat-zat tertentu oleh permukaan karbon aktif. Apabila
permukaan karbon aktif sudah jenuh, atau tidak mampu lagi menyerap maka poses
penyerapan akan berhenti dengan sendirinya. Pada saat ini karbon aktif harus
diganti dengan karbon aktif baru atau di daur ulang dengan cara dicuci.
Pemanfaatan ozon untuk pengolahan limbah industri ini, ternyata ke depannya
bisa dikembangkan sebagai salah satu alternatif penyedia air bersih. Karena
ternyata air limbah keluaran dari sistem pengolahan ozon ini dinyatakan bebas
dari bakteri E-coli. Hal ini terbukti dengan mulai digunakannya sistem pengolahan
ozonasi sebagai salah satu cara yang digunakan beberapa produk penyedia air
bersih komersial, seperti yang diterapkan di negeri sakura Jepang.
2.
Penerapan Teknologi Ozon dalam Pengolahan
Air
Jepang adalah salah satu negara yang telah mengembangkan Teknologi
Pengolahan Air Sistem Maju (Advanced System) yang mengombinasikan sistem
ozonasi dan penyerapan dengan karbon aktif. Ozon dibuat dari udara yang
diperkaya dengan oksigen. Konsentrasi ozon yang dihasilkan dari udara berkisar
antara 1,5-2,5% (berat/berat). Jika diproses dari bahan dasar oksigen murni
dengan menggunakan generator yang sama, konsentrasi ozon dapat mencapai 3-5%.
Ozonasi sendiri merupakan proses pengolahan air yang relatif baru di
Jepang. Proses ini diteliti hampir 100 tahun. Meskipun demikian, sistem ozonasi
memberikan resiko bahaya yang relatif lebih kecil dibanding dengan sistem
chlorinasi, karena sistemnya dapat segera dihentikan bila ozon bocor. Secara
umum tahapan proses keseluruhan pada pengolahan air sistem maju adalah sebagai berikut
: koagulasi s/d filtrasi ozonasi Karbon Aktif Granular (GAC) Chlorinasi.
Di Jepang telah dibangun Fasilitas Pemurnian Air (FPA) Kanamichi yang
terletak di kota Tokyo untuk mempraktekkan teknologi pengolahan air dengan
sistem ozonasi ini. Fasilitas pengolahan air Kanamichi dibangun di antara
fasilitas sedimentasi (pengendapan) dan filtrasi (penyaringan) dan memiliki
kapasitas pemurnian 0,52 juta meter kubik per hari. Fasilitas pemurnian air
tersebut terdiri dari 10 tangki kontak ozon yang bertipe aliran atas bawah
dengan ruangan bersekat tiga. Kedalaman air yang efektif yaitu 6 meter, dengan
waktu kontak ± 12 menit dan kecepatan umpan ozon maksimum 3 mg ozon/liter.
Masing-masing tangki pengontak mempunyai ruang penahan yang mempunyai waktu
retensi ± 6 menit. Sedangkan fasilitas adsorpsi karbon aktif terdiri dari 24
tangki dan masing-masing mempunyai luas permukaan 100 m2.
Proses pengolahan air tentu sangat bergantung dengan kualitas sumber air
bakunya. Air buangan domestik mengandung pencemar oganik seperti N-amonia dan
surfaktan anionik (deterjen sintesis). Untuk mencapai penyisihan bau apek
(musty odor) yang lebih stabil dan efektif pemerintah daerah Tokyo memutuskan
untuk memperkenalkan pengolahan air sistem maju, yaitu kombinasi pengolahan
secara ozonasi dan penyerapan menggunakan karbon yang diaktivasi secara
biologis (Biological Activated Carbon= BAC). Selain itu proses ini mampu
menyisikan surfaktan anionik, zat organik dan anorganik yang bersifat toxic
(racun) sebesar 80 %. Tahapan proses secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
Koagulasi – Flokulasi – Sedimentasi – Ozonasi - Proses BAC – Chlorinasi – Filtasi – Chlorinasi – Reservoir (tempat penampungan
air bersih).
3.
Hal-hal yang Harus Diperhatikan
Penggunaan ozon dalam proses pengolahan air memang dirasa cukup
menguntungkan. Namun, di sisi lain ozon merupakan gas beracun yang berbahaya.
Oleh karena itu, kita harus memahami tata cara dalam penggunaan atau pemakaian
serta yang tak kalah pentingnya adalah cara penyimpanan ozon yang benar. Hal ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Berdasarkan pengamatan lembaga NIOSH (1987), ozon dalam konsentasi sekitar
24,5 - 36 ppm dapat meracuni berbagai macam binatang, seperti kucing, kelinci,
dan marmut. Ozon di udara dalam konsentasi sekitar 1 ppm (satu bagian dalam
satu juta) dapat mengakibatkan orang sulit bernafas. Dilaporkan juga bahwa ozon
dapat meracuni manusia bahkan bisa sampai membawa pada kematian apabila kita
menghirup ozon dengan konsentasi 50 ppm selama kurang lebih 1 jam. Perlu kita
ketahui bahwa, pada konsentasi sekitar 0,02 ppm keberadaan ozon dalam udara
sudah dapat kita rasakan dari baunya.
Akibat lain adalah ozon yang terjadi secara alamiah dalam smog. Selain
dapat mengganggu pernafasan kita, ozon dalam smog akan bereaksi juga dengan
berbagai gas hydrocarbon yang dihasilkan dari asap kendaraan bermotor dan asap
pabrik. Reaksi dari ozon dengan gas hydrocarbon ini dilanjutkan dengan
terbentuknya asam nitrat dan asam sulfat yang selanjutnya dapat menimbulkan hujan
asam, yang selain membahayakan manusia juga dapat merusak berbagai ekosistem
air.
Di berbagai negara maju, seperti Jerman, Jepang, Amerika Seriakat, dan
Swiss batas kadar konsentasi penggunaan ozon gas dalam berbagai kegiatan
industri adalah 0,1 ppm (ILO, 1997). Sedangkan kadar ozon dalam air hingga 0,05
ppm tidak membahayakan tubuh manusia (Asbury, 1980).
Ozon, aktif spesies yang mempunyai sifat radikal ini, memerlukan perhatian
khusus juga dalam penyimpanannya. Kadar 100 persen ozon pada suhu kamar mudah
sekali meledak. Ozon akan aman disimpan pada suhu di bawah -1830C
dengan kadar ozon dalam campuran ozon dan oksigen di bawah 30 persen. Sekarang
ozon kebanyakan disimpan dalam bentuk ozonized water atau ozonized ice.