Sabtu, 02 April 2011

Banjir... Banjir...!!!


Banjir adalah peristiwa tahunan yang harus dialami oleh sebagian besar warga Jakarta. Hampir tiap tahun volume air yang menggenangi ibu kota ini selalu bertambah. Banjir di awal tahun 2007 disinyalir lebih parah daripada tahun 2002. Semestinya musibah ini tidak perlu terjadi apabila manajemen bencana dikelola secara serius dan efektif.
Secara historis kita dapat belajar dari Belanda. Negeri yang pernah menjajah Indonesia ini disebut “The Netherlands” yang berarti ‘tanah-tanah di bawah permukaan laut’. Negara itu di bawah permukaan Laut Utara dan hampir seluruh wilayahnya merupakan dataran rendah. Di beberapa wilayah negeri ini ada yang ketinggian tanahnya 5 meter bahkan 6,6 meter di bawah permukaan laut. Jika tidak ada tanggul-tanggul dan bukit-bukit di pesisir, sekitar 38 persen areal negeri ini akan tergenang air. Ratusan kanal dibangun untuk mengeluarkan air dari daerah lalu dipompa ke laut. Mesin pompa air digerakkan dengan teknologi kincir angin, memanfaatkan angin kuat di daerah pantai. Sejak abad ke-19, mesin uap dan listrik menggantikan fungsi kincir angin. Tanggal 1 Februari 1953, badai dahsyat menghancurkan 67 tanggul di Barat Daya Belanda. Banjir besar memporakporandakan daerah seluas 175.000 hektar. Lebih dari 1.800 orang mati tenggelam. Maka, pelaksanaan Proyek Delta dipercepat meliputi peremajaan dan penguatan tanggul, pembangunan empat bendungan raksasa dan pembaharuan sistem pengaturan air. Banyak sekali tanggul dibangun untuk mencegah air laut menggenangi daratan.
Pemerintah negeri seribu tanggul ini begitu serius melawan ancaman banjir yang selalu di hadapan mata. Hasilnya banjir besar tidak terjadi lagi. Dengan bangga orang Belanda berkata, “Tuhan menciptakan bumi, tetapi orang Belanda menciptakan Negeri Belanda”. Di Indonesia banjir terjadi justru karena penggundulan hutan dan ketidakjelasan manajemen bencana. Orang Indonesia baru bisa berkata, “Tuhan menciptakan bumi, tetapi kami menciptakan Indonesia sebagai Negeri Banjir”. Ketinggian tanah rata-rata di Jakarta 7 meter di atas permukaan laut. Dengan ketersediaan teknologi ditambah manajemen bencana yang serius dan efektif, semestinya dampak banjir dari tahun ke tahun terus berkurang.

Puisi
Semua Karena Kesalahan Manusia
Oleh: Firda Hartanti
Alam yang indah di Indonesia
Udara yang sejuk di negara kita
Hutan yang lebat di kota-kota
Alam yang hijau bagaikan Zamrud Khatulistiwa
Kekayaan yang melimpah ini
Adalah hadiah besar dari Tuhan untuk kami
Terima kasih ucapan yang tepat dari kami
Atas kekayaan alam di negara ini
Kekayaan alam yang sungguh indah
Yang dirawat dengan susah payah
Sekarang telah rusak tidak terarah
Karena banyak hutan telah dijarah
Bencana alam telah terjadi di Indonesia
Banyak keluarga hidup menderita
Kita hanya bisa pasrah dan berdoa
Kepada Tuhan Yang Maha Esa
Bencana alam datang silih berganti
Banyak orang pergi mengungsi
Sungguh sedih rasa hati
Melihat kejadian seperti ini
Lalu bagaimana kehidupan kita selanjutnya
Bila bencana terus melanda
Kita tak dapat menyalahkan pemerintah negara
Karena semua adalah kesalahan manusia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar