Selasa, 28 Agustus 2012

Hidup Adalah Pilihan

“Bosan, kecewa, atau menyesal dengan segala yang ada pada kehidupan kita sekarang?” Pertanyaan itu tiba-tiba muncul di pikiranku. Aku sempat merasa kecewa dengan yang telah terjadi beberapa waktu lalu. Namun tiba-tiba muncul pertanyaan kedua, “Bukankah dulu kita sendiri yang memilih kehidupan kita menjadi seperti sekarang?” dan akhirnya aku sadar, sebelum semuanya terjadi, dulu aku sendiri yang memilih untuk menjadi seperti sekarang. Apakah teman-teman semua merasakan hal yang sama sepertiku? Kalau begitu apa yang perlu disesali? Kenapa harus bosan? Dan kenapa harus kecewa? Bukankah kita sendiri yang telah memilih jalan ini?

Oiya, gak tau kenapa aku tiba-tiba kepikiran buat nulis cerita berisi motivasi tentang pertanyaan-pertanyaanku sebelumnya. Judulnya “Hidup Adalah Pilihan”. Mungkin dilihat dari segi judul agak kurang menarik sih... Tapi cerita ini bakal memberikan pencerahan buat kehidupan kita *in my opinion*, tapi semoga bisa benar-benar memberikan pencerahan, renungan, sekaligus motivasi buat kita semua... Selamat membaca^^

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hidup Adalah Pilihan

Pada suatu ketika, ada dua buah bibit tanaman yang terhampar di sebuah ladang subur. Bibit yang pertama berkata, “Aku ingin tumbuh besar. Aku ingin menjejakkan akarku dalam-dalam di tanah ini dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan tunasku untuk menyampaikan salam pada musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari dan kelembutan embun pagi di pucuk daun-daunku.” Dan bibit itu tumbuh, makin lama makin menjulang.

Bibit yang kedua bergumam. “Aku takut. Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah di sana sangat gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku ke atas, bukankah nanti keindahan tunasku akan hilang? Tunasku ini pasti terkoyak. Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka dan siput-siput mencoba untuk memakannya? Dan pasti jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha mencabutku dari tanah. Tidak, akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman.” Dan bibit itu pun menunggu, dalam kesendirian.

Beberapa pekan kemudian, seekor ayam mengais tanah itu dan menemukan bibit kedua tadi, lalu memakannya dengan segera

Selesai
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Mungkin cerita ini terlalu singkat dan kurang menarik. Tapi, dari cerita ini kita bisa merenungkan sesuatu kan? Memang, selalu saja ada pilihan dalam kehidupan. Selalu saja ada lakon-lakon yang harus kita jalani. Namun, seringkali kita berada dalam KEPESIMISAN, KENGERIAN, KERAGUAN, dan KEBIMBANGAN yang kita ciptakan sendiri. Kita kerap terbuai dengan berbagai alasan untuk tak mau melangkah, tak mau menatap kehidupan. Karena hidup adalah pilihan, maka hadapilah itu dengan gagah. Dan karena hidup adalah pilihan, maka pilihlah dengan bijak.

Tentu dalam memilih, kita ingin meraih sesuatu yang terbaik semacam keberhasilan atau kemenangan. Dan kemenangan sejati bukanlah kemenangan atas orang lain. Namun, kemenangan atas diri sendiri. Berpacu di jalur keberhasilan diri adalah pertandingan untuk mengalahkan rasa ketakutan, keengganan, keangkuhan, dan semua beban yang menambat diri di garis ‘start’. Jerih payah untuk mengalahkan orang lain sama sekali tak berguna. Motivasi tak semestinya lahir dari rasa iri, dengki, atau dendam. Keberhasilan sejati memberikan kebahagiaan yang tak mungkin diraih lewat niat yang ternoda.

Agak ribet ya bahasanya? Atau malah gak nyambung sama ceritanya? *nulis apaan sih aku ini? Maklum lagi banyak pikiran... hehehe* Aku serahkan ke teman-teman aja lah buat menilai dan memberikan kritik atau saran biar bisa jadi masukan buat tulisanku berikut-berikutnya... hehehe... Terima Kasih^^ 감사합니다

Tidak ada komentar:

Posting Komentar