“Bosan, kecewa,
atau menyesal dengan segala yang ada pada kehidupan kita sekarang?” Pertanyaan
itu tiba-tiba muncul di pikiranku. Aku sempat merasa kecewa dengan yang telah
terjadi beberapa waktu lalu. Namun tiba-tiba muncul pertanyaan kedua, “Bukankah
dulu kita sendiri yang memilih kehidupan kita menjadi seperti sekarang?” dan
akhirnya aku sadar, sebelum semuanya terjadi, dulu aku sendiri yang memilih
untuk menjadi seperti sekarang. Apakah teman-teman semua merasakan hal yang
sama sepertiku? Kalau begitu apa yang perlu disesali? Kenapa harus bosan? Dan
kenapa harus kecewa? Bukankah kita sendiri yang telah memilih jalan ini?
Oiya, gak tau
kenapa aku tiba-tiba kepikiran buat nulis cerita berisi motivasi tentang
pertanyaan-pertanyaanku sebelumnya. Judulnya “Hidup Adalah Pilihan”. Mungkin
dilihat dari segi judul agak kurang menarik sih... Tapi cerita ini bakal
memberikan pencerahan buat kehidupan kita *in my opinion*, tapi semoga bisa
benar-benar memberikan pencerahan, renungan, sekaligus motivasi buat kita semua...
Selamat membaca^^
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hidup Adalah
Pilihan
Pada suatu
ketika, ada dua buah bibit tanaman yang terhampar di sebuah ladang subur. Bibit
yang pertama berkata, “Aku ingin tumbuh besar. Aku ingin menjejakkan akarku
dalam-dalam di tanah ini dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah
ini. Aku ingin membentangkan tunasku untuk menyampaikan salam pada musim semi.
Aku ingin merasakan kehangatan matahari dan kelembutan embun pagi di pucuk
daun-daunku.” Dan bibit itu tumbuh, makin lama makin menjulang.
Bibit yang kedua
bergumam. “Aku takut. Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu
apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah di sana sangat gelap? Dan jika
kuteroboskan tunasku ke atas, bukankah nanti keindahan tunasku akan hilang?
Tunasku ini pasti terkoyak. Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka dan
siput-siput mencoba untuk memakannya? Dan pasti jika aku tumbuh dan merekah,
semua anak kecil akan berusaha mencabutku dari tanah. Tidak, akan lebih baik
jika aku menunggu sampai semuanya aman.” Dan bibit itu pun menunggu, dalam
kesendirian.
Beberapa pekan
kemudian, seekor ayam mengais tanah itu dan menemukan bibit kedua tadi, lalu
memakannya dengan segera
Selesai
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Mungkin cerita
ini terlalu singkat dan kurang menarik. Tapi, dari cerita ini kita bisa
merenungkan sesuatu kan? Memang, selalu saja ada pilihan dalam kehidupan.
Selalu saja ada lakon-lakon yang harus kita jalani. Namun, seringkali kita
berada dalam KEPESIMISAN, KENGERIAN, KERAGUAN, dan KEBIMBANGAN yang kita
ciptakan sendiri. Kita kerap terbuai dengan berbagai alasan untuk tak mau
melangkah, tak mau menatap kehidupan. Karena hidup adalah pilihan, maka
hadapilah itu dengan gagah. Dan karena hidup adalah pilihan, maka pilihlah dengan
bijak.
Tentu dalam
memilih, kita ingin meraih sesuatu yang terbaik semacam keberhasilan atau
kemenangan. Dan kemenangan sejati bukanlah kemenangan atas orang lain. Namun,
kemenangan atas diri sendiri. Berpacu di jalur keberhasilan diri adalah pertandingan
untuk mengalahkan rasa ketakutan, keengganan, keangkuhan, dan semua beban yang
menambat diri di garis ‘start’. Jerih payah untuk mengalahkan orang lain sama
sekali tak berguna. Motivasi tak semestinya lahir dari rasa iri, dengki, atau
dendam. Keberhasilan sejati memberikan kebahagiaan yang tak mungkin diraih
lewat niat yang ternoda.
Agak ribet ya
bahasanya? Atau malah gak nyambung sama ceritanya? *nulis apaan sih aku ini?
Maklum lagi banyak pikiran... hehehe* Aku serahkan ke teman-teman aja lah buat
menilai dan memberikan kritik atau saran biar bisa jadi masukan buat tulisanku
berikut-berikutnya... hehehe... Terima Kasih^^ 감사합니다
Tidak ada komentar:
Posting Komentar